Ada sedikit kekuatiran bagi Anda yang melaksanakan ibadah
umroh dan ibadah Haji tahun ini. Bagaimana tidak, akhir-akhir ini kita diusik
dengan sejumlah berita mengenai virus MERS CoV atau sering disebut dengan flu
Arab. Gencarnya berita di sejumlah stasiun televisi dan media cetak membuat
bulu kuduk berdiri. Padahal, virus ini sudah ada sejak tahun 2012 dan menyebar
di sepanjang semenanjung Arab serta sejumlah negara di luar Eropa. Over
publication? Tidak juga, karena sebagian korban virus ini harus berakhir dengan
meregang nyawa.
Orang bilang, lebih baik mencegah daripada mengobati.
Meski WHO belum mengeluarkan travel warning, salah satu pencegahan umum MERS
CoV adalah menghindari kunjungan ke negara Arab. Lalu, haruskah menunda
keinginan untuk melaksanakan ibadah umroh dan Haji tahun ini? Baca dulu untuk
meredakan dilema Anda.
Mengenal MERS CoV
MERS CoV atau Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus adalah penyakit saluran napas yang disebabkan
oleh virus coronavirus jenis baru, yang pertama kali ditemukan di Arab Saudi
pada tahun 2012. Familiar? Ya, karena coronavirus adalah jenis virus yang
menyebabkan banyak penyakit, mulai dari batuk pilek biasa hingga Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) yang sempat ditakuti pada tahun 2003.
Penderita MERS biasanya
mengalami gejala berupa demam, batuk, dan sesak napas. Hal ini dapat diikuti
dengan penumonia atau infeksi paru. Selain itu, MERS juga dapat menimbulkan
gangguan pencernaan seperti diare. Infeksi MERS berat dapat menyebabkan kegagalan
pernapasan sehingga penderitanya harus menggunakan alat bantu napas dan
menjalani perawatan intensif. Bahkan, infeksi virus ini menimbulkan kematian
pada sekitar 27% penderitanya. Meski demikian, Anda perlu tahu bahwa infeksi
yang lebih berat cenderung hanya terjadi pada mereka yang sudah punya masalah
kesehatan sebelumnya, seperti gangguan kekebalan tubuh, orang lanjut usia, dan
penderita penyakit kronik seperti diabetes, kanker, dan penyakit paru kronik.
Meski berdampak serius pada orang-orang dengan kondisi di atas, tapi ternyata
ada juga orang yang terinfeksi MERS tanpa mengalami gejala sakit.
Terbawa Unta
Belum afdol rasanya kalau ke
Arab tapi belum pernah naik unta. Hewan elegan ini memang hanya dapat kita
jumpai di negara-negara dengan padang gurun. Unta tidak hanya dimanfaatkan
sebagai transportasi, daging unta juga menjadi salah satu sajian khas di
negara-negara Timur Tengah. Namun, rupanya unta juga diam-diam membawa
penyakit. Studi menunjukkan bahwa sumber utama penularan virus MERS CoV tidak lain
dan tidak bukan adalah unta.
Konon, unta mendapatkan
virus MERS CoV dari kelelawar. Virus ini bercokol di saluran napas hewan besar
yang anggun ini selama bertahun-tahun. Virus tersebut dapat disebarkan oleh
sang unta ke udara saat ia batuk, bersin, mengendus atau meludah. Virus MERS
CoV cenderung lebih banyak ditemukan pada unta yang masih muda. Anehnya, ia
tidak menyebabkan kematian pada unta, bahkan belum diketahui apakah virus ini
membuat unta-unta tersebut menjadi sakit.
Virus MERS CoV yang terhirup
oleh manusia dapat menyebabkan penyakit pada saluran napas. Lalu apakah ia juga
dapat menular dari manusia ke manusia? Jawabannya, Ya meskipun kasusnya sangat
jarang. Tidak seperti saudaranya, MERS CoV bersifat menular tapi tidak secepat
dan semudah SARS. Penularan dari manusia ke manusia biasanya hanya terjadi pada
orang yang melakukan kontak langsung dan dekat dengan orang yang terinfeksi.
Misalnya keluarga atau petugas kesehatan yang merawat tanpa melakukan tindakan
pencegahan atau perlindungan diri.
Usir Virus Mers
Saat kini, belum ada vaksin
atau terapi khusus untuk mencegah dan mengobati MERS. Terapi yang diberikan
biasanya hanya bersifat suportif sesuai dengan keadaan penderita. Pemberian
vaksin bagi semua orang yang berkunjung ke Timur Tengah juga dianggap belum
diperlukan mengingat daya tular virus yang lemah. Ini juga yang menyebabkan
mengapa WHO belum mengeluarkan travel warning hingga kini. Jadi ingin berangkat
umroh atau haji? Silakan, tapi Anda perlu tahu rambu-rambunya.
Masih banyak pertanyaan
tentang MERS yang belum terjawab. Karena itu, bagi Anda yang ingin umroh atau
Haji tapi memiliki diabetes, gagal ginjal, penyakit paru kronik, dan gangguan
kekebalan tubuh memang dianjurkan untuk menunda dahulu keinginan ini. Namun
jika masih nekat, Anda dihimbau mengenakan masker di mana pun Anda berada.
Hindari juga kontak dengan orang yang mengalami batuk pilek, menghindari kontak
dengan unta, meminum susu atau urine unta, ataupun memakan daging unta yang
kurang matang. Meski Anda memiliki riwayat kesehatan yang baik, ada baiknya
tetap melakukan pencegahan umum, seperti sering mencuci tangan dengan sabun,
terutama sebelum dan sesudah menyentuh unta, mengenakan masker, makan makanan
yang bersih dan dimasak dengan baik, mencuci buah dan sayur sebelum dimakan,
serta menjaga higiene yang baik seperti mandi, mengganti baju terutama setelah
bersentuhan dengan unta, dan menghindari menyentuh mulut dan hidung terlalu
sering. Bagi para jamaah juga diminta untuk menghindari aktivitas di ruangan
tertutup, karena virus lebih mudah menyerang di ruang tertutup.
Selain peserta umroh dan
Haji, petugas kesehatan juga wajib waspada terhadap virus yang satu ini. Banyak
kasus MERS yang tampak seperti sakit flu biasa dan kita tidak dapat memastikan
infeksi tersebut disebabkan oleh MERS atau bukan tanpa pemeriksaan khusus.
Untuk itu, petugas kesehatan dianjurkan untuk menerapkan pencegahan standar
saat berhadapan dengan pasien yang menderita infeksi saluran napas akut.
Pencegahan yang lebih ketat perlu dilakukan saat merawat pasien yang dicurigai
atau sudah dikonfirmasi mengalami infeksi MERS CoV. Petugas kesehatan juga
perlu waspada jika menemui kasus-kasus infeksi saluran pernapasan pada pasien
yang baru saja kembali dari jazirah Arab, terutama yang mengalami infeksi berat
tidak seperti infeksi saluran napas biasa.
Pada dasarnya, Coronovirus
merupakan virus yang lemah. Di luar tubuh, ia hanya dapat bertahan selama satu
hari, dan mudah diberantas menggunakan deterjen serta pembersih lainnya. Virus
ini juga jarang sekali menular pada orang yang sehat. Penularan antar manusia
juga hanya terjadi dalam skala kecil.
Waspadai Flu Sepulang Umroh
Masker sudah dipakai, cuci
tangan sudah dilakukan, bahkan melihat unta saja tidak mau, tapi mengapa saat
pulang masih terkena flu? Kalau ini terjadi, segera periksakan diri dan lapor
ke petugas kesehatan. Jangan lupa menginformasikan bahwa Anda baru saja pulang
dari Arab. Supaya tidak menyebar, tutupi wajah dan hidung dengan tissue saat
batuk atau bersin, lalu buang tissue tersebut ke tempat sampah dan cuci tangan
sesudahnya. Kalau tidak punya tissue, tidak usah panik. Tutupi batuk dan bersin
dengan menggunakan lengan baju. Tidak hanya bagi si sakit, jika Anda mengalami
flu sepulang dari umroh atau Haji, ada baiknya keluarga juga memeriksakan diri.
Dokter dan petugas kesehatan
lain perlu waspada jika menemui kasus-kasus infeksi saluran napas pada pasien
yang baru pulang dari Timur Tengah. Apalagi jika infeksi cukup berat dan tidak
seperti biasanya. Perlu diingat, pasien yang memiliki kekebalan tubuh rendah
seringkali menunjukkan gejala yang tidak jelas dan khas. Jika mendapat pasien
seperti ini, segera kirim untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, lapor ke
otoritas setempat, dan jangan lupa melindungi diri sendiri.